Gara Gara "Bisul" Aku Bertemu Jodoh Ku

Seorang pria bernama Gia Pratama. Sehari-hari ia berprofesi sebagai seorang dokter. Tapi ternyata cinta tak pernah memandang profesi. Dirinya justru ditinggalkan oleh kekasih hingga harus merasakan pedihnya patah hati. Meski begitu ternyata Allah menyiapkan rencana yang lebih indah dari apa yang ia bayangkan. Begini kisahnya :
Kisahnya berawal beberapa tahun yg lalu, setelah menjadi seorang dokter, saya berpacaran denga seorang perempuan, Dimatanya wanita itu sangat sempurna, wanita itu merupakan salah satu finalis kontes kecantikan dan juga satu lulusan terbaik Universitas terkenal. Dia baik, ramah dan punya keluarga yang berada. Benar-benar sebuah "paket lengkap" yang saya dapatkan saat itu.
Waktu itu kami benar-benar saling sayang. Atau mungkin lebih tepatnya saya mengira kita saling sayang. Yang pasti saya yang sayang banget. Saya bukan orang yang suka pamer akan sesuatu, tapi saat itu dia adalah cewe pertama yg saya publish ke sosmed saya. Ya pastinya karena saya benar-benar cinta dengannya.
Keluarga kami juga sudah sangat dekat. Hingga akhirnya saat itu kami memutuskan untuk liburan bersama jalan-jalan ke Eropa. Saya bersama keluarga dan dia dengan Ayah, ibu dan adik-adiknya.
Sebulan jelang keberangkatan saya benar-benar bahagia luar biasa. Saya membayangkan bisa menghabiskan banyak waktu dengan keluarga dan orang yang saya cintai. Bahkan hal hal kecil seperti "baju apa dikota apa" pun sudah saya persiapkan dengan matang agar semuanya jadi sempurna. Satu satunya yang tak saya perhatikan adalah pacar saya.
Karena sebulan kedepan saya akan meminta waktu cuti panjang, saat itu saya harus kerja lembur. Akhirnya kami pun jarang ketemuan, chattingan juga tak seintens biasanya, dan entah mengapa dirinya pun sibuk dengan pekerjaan barunya.

Buckingham palace | getyourguide.co.uk
Hingga akhirnya perjalanan kami ke eropa pun dimulai. Negara pertama yang kami kunjungi adalah inggris. Kami semua berkunjung ke Buckingham palace, wesminster abbey, Big ben, dan terakhir menaiki London eye. Saya tahu kami sama-sama belum pernah kesana sebelumya, jadi saya berharap saat itu pacar saya akan excited seperti apa yang saya rasakan. Tapi kenyataannya berbeda, dia justru terlihat tanpa ekspresi dengan wajah datarnya.
Saat kembali ke penginapan saya pun bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya terjadi, apa saat itu saya terlalu fokus pada keluarganya hingga lupa pada dia ? Atau mungkin kurang seru ceritanya ? Pertanyaan itu terus berputar hingga akhirnya saya lelah dan ketiduran.
Perjalanan pun berlanjut, hari itu kami pergi ke Paris. Tapi lagi-lagi hal yang sama terulang. Pacar saya justru terlihat tak peduli, dia malah fokus pada handphone nya. Saat itu Paris yang indah pun menjadi "mendung" bahkan menara Eiffel yang gagah dan indah pun terlihat seperti menara SUTET.
Gunung Titlis | traveltodayindonesia.com
Hingga pada perjalanan selanjutnya semua terungkap. Waktu itu kami memutuskan untuk berkunjung ke gunung Titlis. Tentu saja tak perlu mendaki, karena dengan kereta gantung kita bisa sampai kepuncaknya dalam 20 menit. Pemandangannya sangat indah. Putih salju menutupi puncak2 gunung sekitar sejauh mata memandang. Tempat yg paling pas untuk melamar.
Tiba2 ada yang menepuk pundak saya, saya nengok kebelakang, "Haii.. " Ternyata dia tersenyum, saya kaget, itu senyum termanis dan terindah dia sepanjang perjalanan ini. Senyum yg benar-benar saya tunggu. "Haii" saya senyum balik, "Indah ya tempatnya.." katanya.
"Iya, tp ada lagi tempat paling indah, aku mau tunjukkin ke kamu". Dengan semangat saya bawa dia ke tempat titik favorit saya di gunung tersebut, tebing deket jembatan gantung, background viewnya amazing. "Dari sini, seluruh pegunungan Alpen bisa keliatan".
Saya melirik matanya, itu mata takjub yang saya tunggu-tunggu selama ini. "Iya, indah bgt.. " kata dia sambil memasukkan tangannya ke saku jaketnya krna kedinginan. Refleks saya ingin merangkul, tapi tiba-tiba dia merubah posisi badannya, "Aku mau ngomong sama kamu.
saya pelan2 menurunkan tgn saya lagi "iya.. ".
Dia menatap mata saya dalam-dalam trus bilang. "Kayaknya kita temenan aja deh"
Saya melirik matanya, itu mata takjub yang saya tunggu-tunggu selama ini. "Iya, indah banget.. " kata dia sambil memasukkan tangannya ke saku jaketnya karena kedinginan. Refleks saya ingin merangkul, tapi tiba-tiba dia merubah posisi badannya, "Aku mau ngomong sama kamu.
Saya pelan2 menurunkan tangan saya lagi "iya.. ".
Dia menatap mata saya dalam-dalam terus bilang. "Kayaknya kita temenan aja deh".
Jantung saya berhenti beberapa detik, nafas saya tercekat, Rasanya kayak kena 5 tombak yang nusuk sekaligus. Dan setelah beberapa detik saya cuma sanggup menggerakkan bibir saya untuk berkata, "kenapa? "
Terus dia jelasin semua alasannya non stop, benar-benar tanpa berhenti, kalimat satu bersambung dengan kalimat lainnya dengan nada lirih tapi penuh semangat. semangat yang saya harapkan dari sejak awal berangkat. Tapi bukan semangat seperti ini, bukan begini.
Kata-katanya terdengar jelas diawal, tapi makin lama saya hanya sanggup melihat bibirnya bergerak, tanpa ada satu katapun yang terdengar. Kepala dan tubuh saya pun mendadak terasa ringan melayang tidak menjejak. Dia tidak bergerak satu senti pun tapi saya seperti melihat tubuhnya perlahan mengecil dan menjauh.
Dia pun pergi tanpa menoleh sedikit pun. Sementara saya terduduk membeku. Entah berapa lama saya berdiam disana, mengumpulkan kembali serpihan diri saya.
Cukup lama, hingga akhirnya saya mampu kembali berdiri, menarik nafas dalam dan berjalan menuju kereta gantung, masih dengan tatapan kosong mirip Zombie. Saya turun gunung, lalu naik bis menuju hotel. Di Lobby hotel, saya melihat ada bapak-bapak orang indonesia, duduk di sofa tp dengan 1 pantat terangkat.
Lalu saya sapa "pak, bpk org indonesia?". "Iya betul", "pak, bapak kenapa duduknya gitu?". Terus dia jawab dengan wajah meringis, "Iya nih, saya Bisulan!"
"Oh pak kebetulan saya bawa alat2 buat nyembuhin Bisul, bpk mau saya bantuin?". "Kamu dokter? Ya boleh2"
"Ok, pak." Saya pun lari ke kamar dan mengambil alat-alat. Lalu bersama bapak tadi, istri dan anak-anaknya ke kamarnya. Saya pun mengobati bisul bapak tersebut hingga akhirnya ia bisa duduk normal lagi.
Saya lalu diantar ke lobby, disana bapak itu ketemu papa mama. Saya kenalkan dan langsung saya kembali ke kamar. Ternyata saat itu bapak itu bilang ke Papa saya, "Anak bapak dokter yg baik bangett, gimana klo buat keponakan saya aja?"
Saat itu Papa hanya senyum lalu tukeran nomer telfon dengan bapak tadi.
Tapi Apakah saya memikirkan jodoh saat itu? Boro-boro ! Ini saya masih di "Neraka dunia". Setelah Swiss masih ada dua negara lagi yang mesti kita kunjungi, Austria dan Jerman. Saat itu itu di jalan garing banget, Awkward Total, saya ga tau mau ngomong apa, sementara dia sibuk aja ketawa-ketiwi dengan adiknya. Dia mondar-mandir seolah-olah saya tak ada disana.
Hingga akhirnya perjalanan kami berakhir. Saat itu semuanya mememutuskan untuk langsung pulang ke Indonesia dari jerman, sementara saya memilih untuk melanjutkan perjalanan ke Belanda. Di Airport Frankfurt inilah saya terakhir bertemu dan melihat dia, sejak saat itu no contact, no Line, no Wa, no sms. Dia benar-benar hilang kayak ditelan bumi.
Saat beberapa hari di Belanda, saya keliling kota Amsterdam menelusuri kanal-kanalnya jalan kaki mengasihani diri saya sendiri, saat itu saya bener-benar merasa gak berharga, kayak sampah, rejected, unwanted, komplit ditemenin lagu-lagu depresi di earphone saya.
Singkat cerita saya kembali ke Indonesia. Masih di kondisi hati ga percaya, euro trip yg saya impi-impikan berakhir seperti ini . Ga masuk akal.
"Aa,masih ingetkan bapak-bapak yang kamu sembuhin? Dia kasih nomer telfon keponakannya, nih coba kamu kontak." kata papa dengan semangat.
Separah-parahnya masalah fisik dan mental yang mendera kita, satu hal yang saya sadari, Bumi tidak peduli, dia tetap berputar pada porosnya. Jadi saya juga harus tetap 'berputar', harus segera berusaha move on. Saya akan coba hubungi nomer ini.
Sebulan setelah chat saya memutuskan utk ketemu dia di surabaya, saya tanya ke papa, "pap, gimana kita bisa yakin bahwa seseorang inilah jodoh kita sesungguhnya?" Papa senyum dan menjawab, "you just know".
Dalam hati saya ngedumel, you just know, you just know gimana, apaan sih papa ini, lalu saya berangkat ke Surabaya. Saya sampe rumah fira. Orang yg saya temui pertama adalah mamanya, setelah ngobrol beberapa lama, fira datang.
Saya ga pernah percaya Jatuh cinta pada pandangan pertama sampe pada hari itu ngeliat fira. Saya menghabiskan byk waktu untuk ngobrol panjang lebar selama 2 malam disana.
Pulang dari Surabaya, di sepanjang penerbangan, saya jadi mengerti ucapan papa saya, "I just know!" Dia jodoh saya, tidak ada keraguan setitik pun di hati saya. Saya pulang, saya cerita ke orang tua, dan 5 bulan setelah hari itu saya menikah.
Allah selalu punya caranya sendiri untuk mempertemukan mu. Caranya selalu indah, bahkan tak pernah bisa kamu bayang kan sebelumnya. Dan untuk ku sebuah kisah "Jodoh ku karena bisul" benar-benar terjadi dalam hidupku.
twitter.com/GiaPratamaMD
London, Paris, kembali indah. dan hari ini, 13 September 2018 saya ke Gunung yang sama tempat ratu es itu meninggalkan saya.
Bedanya saya kesini bersama wanita yang kehangatan hatinya bisa mencairkan seluruh salju di gunung ini, Syafira. Istri yg juga merangkap pacar seumur hidup.
Post a Comment